Filosofi: Kerikil Bantu Wujudkan Mimpi

Tatanan manusia tak pernah mengalahkan tatanan tuhan. Namun, di atas ketidakberdayaan manusia akan kehendak tuhan masih bisa diikhtiarkan. Seberapa manusia cerdas dan bijak dalam menatanya, niscaya kecewa tak akan singgah terlalu lama dan dalam. Inilah yang terjadi hari ini. Sabtu, hari libur. Aku kemas agenda sedemikian rupa jauh -jauh hari sebelumnya. Namun, keterbatasan manusia tak bisa diingkari. Akhirnya, pernak pernik yang membelokkan rencana aku jalani.

Dalam renunganku, aku sempat berpikir. Tugas yang harus aku selesaikan di hari ini cukup banyak dan tak bisa diwakilkan. Maka aku ambil gelas. Sebut saja gelas itu tujuan, bongkahan sebagai acara besar, dan kerikil sebagai tugas-tugas yang harus diselesaikan. Jika kerikil-kerikil itu dimasukkan terlebih dahulu ke dalam gelas, batu bongkahan kecil tak bisa masuk. Namun, jika bongkahan batu kecil ini aku masukkan ke dalam gelas, akankah kerikil yang kecil itu bisa masuk gelas. Oh, ternyata bisa masuk. Nah, inilah filosofi yang tepat buatku hari ini. 

Andaikan cara yang kedua aku ambil, niscaya aku tak bisa wujudkan acara besar yang sudah dinanti. Sungguh kecewalah hati. Namun, karena cara yang kedua, maka semua terselesaikan. Amiin.  

Semula agenda besar itu biasa-biasa saja. Namun karena polesan pengetahuan dan keyakinan sang anak akan kemampuan ibunya membuatku bangkit dan optimis untuk jalani semua. Soal, kisi-kisi, supervisor, dan lainnya.

Sungguh, ini saat yang aku tungguh. Hasil kerja yang biasa disupervisi atasa atau senior, kini anakku yang kasih masukan. Luar biasa, malam ini seorang ibu dengan menahan nganatuk siap direvisi. Finishing kerjaanku dirakit dan dibumbui dengan pengalaman yang telah ia dapat. Otomatis, ia mengajari aku yang dibilang ketinggalan ya tidak. Masalahnya, aku tak pernah lebih buruk dari lingkungan kerja. Dibilang Oke, ya kurang tepat. Masalahnya, tetap harus banyak belajar pada anak. Ya,,, maklum karena anak-anakku generasi milenial. Man Jadda Wajada.

Tunggu update-an besok  ya....